Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain rishi dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /home/voxclear/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Antara Tren dan Identitas Generasi: Dinamika Bahasa di Era Digital yang Memengaruhi Komunikasi – VoxClear.id

Antara Tren dan Identitas Generasi: Dinamika Bahasa di Era Digital yang Memengaruhi Komunikasi

Di era digital yang serba cepat ini, bahasa mengalami dinamika yang sangat signifikan untuk mengikuti tren. Tentu saja hal ini dapat memengaruhi komunikasi seseorang. 

Guys, selesai kelas healing yuk”. Kalimat tersebut merupakan salah satu contoh dari dinamika bahasa yang memengaruhi komunikasi.

Pada dasarnya, bahasa adalah kunci utama dalam komunikasi. Namun, seiring berjalannya waktu, bahasa terus berkembang mengikuti tren dan menjadi identitas generasi. 

Dinamika bahasa ini bisa disebut dengan munculnya bahasa-bahasa gaul yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahasa gaul tidak hanya berkembang secara pesat, tetapi juga sudah menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda. Ini dapat dibuktikan melalui tuturan-tuturan yang diucapkan ketika sedang berdiskusi, bercanda, dan berbicara santai dengan teman, keluarga, ataupun kelompok. 

Kata-kata seperti, BTW (By The Way), OOTD (Outfit of The Day), FOMO (Fear of Missing Out), healing, bestie, gaskeun, ghosting, gabut, gaje, salting, dll, menunjukkan bagaimana bahasa terus berkembang mengikuti tren global. Fenomena ini bukan hanya sekadar perubahan kosakata bahasa, tapi juga mencerminkan cara berpikir, bersikap, dan membentuk identitas sosial dari generasi yang menggunakannya. 

Dinamika bahasa ini, lebih dominan digunakan dalam percakapan maupun media sosial karena dianggap lebih mudah dan tidak kaku. Maraknya dinamika bahasa gaul juga dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi di media sosial, seperti  X, TikTok, dan Instagram. Selain itu, kosakata bahasa gaul juga diambil dari bahasa asing, akronim, atau asbun (asal bunyi) dari seseorang yang dijadikan sebagai simbol keakraban sekaligus pembeda antar generasi.

Berikut contoh penerapan bahasa gaul yang sering terjadi dan didengar.

  1. Healing dulu biar nggak stres”. 

Kata healing berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti penyembuhan secara medis atau emosional. Akan tetapi, karena pengaruh dinamika bahasa, kata healing mengalami pergeseran makna dari arti aslinya, menjadi kegiatan liburan untuk melepas penat.

  1. Bestie, outfit kamu hari ini on point banget”.

Penggunaan kata bestie, outfit, dan on point menunjukkan adanya campuran bahasa asing yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan tujuan memberikan kesan yang akrab dan modern. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa gaul menjadi sarana sebagai simbol apresiasi dan kedekatan dalam sebuah kelompok.

  1. “Aku FOMO banget, semua udah ke pameran seni itu”.

Penggunaan kata FOMO menjadi populer di kalangan generasi muda karena dianggap sebagai suatu tren dalam kegiatan atau sesuatu tertentu agar tidak merasa tertinggal. 

  1. BTW, tugas kelompoknya sudah dikumpul belum?

Penggunaan kata BTW sering digunakan untuk mengawali topik atau perubahan topik dalam percakapan agar terlihat lebih santai. Tidak hanya dalam percakapan santai, tapi juga dalam chat.

Di lain sisi, dinamika bahasa ini bukan tanpa tantangan. Ketika bahasa gaul mulai mendominasi, penggunaan bahasa Indonesia sesuai kaidah akan mengalami pergeseran di kalangan generasi muda. Hal ini membuat kualitas bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari menurun, terutama dalam bidang akademik dan profesional.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa bersifat dinamis. Bahasa akan terus berubah sesuai zaman dan kebutuhan komunikatif penuturnya. Dengan begitu, perkembangan bahasa harus digunakan secara bijak.

Sebagai generasi muda yang hidup di era digital, sebaiknya kita tidak hanya menjadi pengguna bahasa, tetapi juga bisa menerapkan bagaimana bahasa digunakan secara kontekstual. 

Oleh karena itu, menggunakan bahasa gaul sah-sah saja, asalkan tahu tempat, situasi, serta mampu menyikapinya dengan cerdas dan bijak.  

Editor: Andrea Arinda Pramudita Wulandari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *