Dalam percakapan sehari-hari, kita sering menggunakan kata-kata yang terdengar sederhana, tapi nyatanya membawa makna yang tidak selalu dipahami dengan tepat. Salah satu contohnya adalah penggunaan kata ganti orang jamak “kita” dan “kami”.
Kedua kata ini sering dianggap sama, padahal sebenarnya memiliki perbedaan yang penting. Kesalahan dalam penggunaannya bisa menimbulkan kebingungan atau bahkan kesalahpahaman, terutama dalam situasi resmi atau komunikasi tertulis.
Secara garis besar, kata “kita” digunakan ketika pembicara dan lawan bicara termasuk dalam kelompok yang sedang dibicarakan. Misalnya, dalam kalimat “Kita akan makan bersama nanti”, kata “kita” dalam contoh kalimat tersebut mencakup saya dan kamu.
Sebaliknya, kata “kami” digunakan ketika pembicara tidak menyertakan lawan bicara dalam kelompoknya. Contohnya, “Kami sudah pergi duluan”, berarti saya dan teman saya pergi tanpa mengajak kamu.
Masalah muncul ketika kedua kata ini digunakan secara tidak tepat. Contohnya ketika terdapat kalimat “Kita akan mengajukan proposal ini ke manajemen besok”. Kalimat ini terasa janggal karena lawan bicara sebenarnya tidak diajak, tapi secara tidak sadar disertakan dalam pembicaraan.
Penggunaan kata “kita” dalam konteks itu membuat seolah-olah sang lawan bicara merupakan bagian dari rencana. Padahal, yang lebih tepat adalah “Kami akan mengajukan proposal ini ke manajemen besok”.
Dampak dari kesalahan ini mungkin tidak selalu besar, tapi bisa cukup berarti dalam konteks formal atau publik. Dalam pidato, undangan resmi, atau penyampaian informasi penting, penggunaan “kita” dan “kami” yang tidak tepat bisa membuat maksud pembicaraan menjadi kabur.
Misalnya, jika seseorang berkata, “Kita akan proses keluhan Anda segera” itu berarti Anda termasuk dalam proses penanganan keluhan. Akan tetapi, jika ia berkata, “Kami akan proses keluhan Anda segera” kalimat tersebut menunjukkan bahwa pihak layanan bertanggung jawab penuh atas penanganan keluhan.
Menggunakan kata ganti dengan tepat menunjukkan bahwa kita tidak hanya memahami bahasa secara teknis, tetapi juga menghargai lawan bicara. Bahasa bukan hanya sekadar alat komunikasi, tapi juga cermin cara kita berpikir dan bersikap.
Memilih kata yang tepat berarti berusaha agar pesan kita tersampaikan dengan jelas, tidak menimbulkan kebingungan, dan tetap menjaga sopan santun dalam berbahasa.
Meskipun kesalahan dalam memakai “kita” dan “kami” terlihat sepele, hal ini menunjukkan betapa pentingnya memperhatikan makna dalam setiap kata yang kita ucapkan. Apalagi di era digital seperti sekarang, di mana komunikasi berlangsung cepat dan luas, ketepatan bahasa menjadi semakin penting.
Editor: Salsabila Dwianugraheni